PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER INFORMASI
OLEH: M. NAWI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak pertengahan decade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat di bidang dan konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional (pembelajaran) dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.
Guru atau intruktur tersebut berperan terutama sebagai satu-satunya sumber belajar yang paling dominan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini seringkali berakibat menjadinya proses pemberian pelajaran oleh guru atau instruktur bersifat verbalistis, karena guru sangat dominan menggunakan lambang verbal dalam melaksanakan proses pembelajaran yang umumnya dilakukan melalui penggunaan metode ceramah. Begitu dominannya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah tersebut sehingga menyebabkan guru kurang mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam rangka memberikan kemudahan bagi murid-murid dalam kegiatan belajar mereka.
Di samping makin meluasnya penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan, peran dan sumbangan teknologi pendidikan lainnya yang paling monumental dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah dilaksanakannya sistem pendidikan terbuka (open learning) atau pendidikan/belajar jarak jauh (distance education).sebagai jaringan pembelajaran yang bersifat inovatif dalam sistem pendidikan.
Dengan berpegang pada konsep pembelajaran dalam proses pendidikan maka diharapkan setiap siswa maupun guru dapat senantiasa belajar dan menemukan sendiri ataupun atas bantuan orang lain konsep-konsep yang dipelajari. Oleh karena itu maka dibutuhkan beragam sumber belajar yang dapat memberikan suport secara penuh agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Sumber belajar pada dasarnya sangat banyak jumlahnya dan beragam. Keberagaman tersebut akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah proses pembelajaran akan berlangsung lebih baik, dimana akan terbentuk pembelajaran aktif, interaktif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM) serta sesuai kebutuhan. Dampak negatifnya, guru memiliki tugas yang tidak mudah dalam menentukan sumber belajar maupun media belajar yang sesuai dengan pembelajaran yang akan diberikan. Terlebih jika ada kendala misalnya guru tidak tahu tentang peta sumber belajar yang dapat dioptimalkan. Dampak lainnya adalah dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak banyak memberikan kemudahan bagi manusia, tetapi dilain pihak juga membawa dampak dan permasalahan sendiri.
Situasi seperti itu akan berpengaruh banyak terhadap proses dan praktek pendidikan. Pendidikan dan pembelajaran tidak mungkin lagi dipertahankan jika para pengajar/guru masih mempertahankan strategi mengajar mereka yang behavioristik. Untuk era sekarang pola mengajar yang baik adalah pola pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran konstruktivisme. Proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan tidak mungkin lagi dilakukan dengan banyak ”menyuapi” peserta didiknya. Peserta didik harus aktif mencari informasi yang diperlukan, sementara pengajar (guru/instruktur) berkewajiban memberi arahan, contoh dan dorongan. Selain itu tuntutan akan keluwesan dan kelonggaran waktu dan tempat belajarsemakin lama semakin meningkat. Sumber-sumber informasi yang semakin beranekaragam perlu diidentifikasi, disediakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk memudahkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.
Untuk itulah maka pengorganisasian sumber belajar menjadi kebutuhan cukup besar terutama dalam posisinya sebagai suport system dalam sistem pembelajaran. Pengelolaan dan pengorganisasian sumber belajar dalam sebuah institusi pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk pusat sumber belajar (PSB).
PEMBAHASAN
A. Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Informasi di Sekolah
Sejak ditemukannya masin cetak untuk mencetak buku dan sumber belajar cetak lainnya, hingga sekarang media cetak masih menduduki posisi kunci dalam menunjang proses belajar mengajar, buku, diktat, jurnal, modul, dan lain-lain masih banyak diandalkan untuk menunjang proses belajar manusia.
Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola sumber informasi semestinya menduduki posisi kunci dalam proses pendidikan dan pelatihan yang ada, baik di lingkungan sekoah, luar sekolah, dunia kerja, maupun masyarakat pada umumnya. Namun kenyataannya masih jauh dari harapan. Perpustakaan masih belum benar-benar memasyarakat. Hal ini terjadi karena rendahnya minat baca masyarakat dan kurangnya kesadaran bahwa belajar harus mencari sendiri informasi atau jawaban atas persoalan ayng mereka hadapi.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, berkembang pula konsep perpustakaan. Perpustakaan perlu menyesuaikan diri bukan hanya menangani koleksi sumber informasi dalam bentuk media cetak saja, tetapi harus membuka diri untuk masuknya media audio visual dan kemungkinan masuknya fungsi-fungsi lainnya.
Dengan visi ke depan, perpustakaan hendaknya siap pula menjadi pusat sumber informasi dalam arti sebenarnya. Oleh karena itu, apabila kita menyebut pusat sumber informasi hendaknya kita tafsirkan sebagai perpustakaanyang berkembang lebih lanjut dengan fungsi-fungsi baru tersebut. Perkembangan konsep pusat sumber informasi adalah perpaduan antara fungsi perpustakaan dan pusat multimedia untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sasaran didik tertentu dalam suatu lembaga pendidikan, baik formal (sekolah, diklat) maupun nonformal (masyarakat). Pusat sumber informasi tidak hanya bermanfaat untuk membantu proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan lembaga diklat tetapi juga lembaga lain, sepanjang berurusan dengan proses pendidikan dan pembelajaran di masyarakat pada umumnya.
B. Pemberdayaan Informasi
Pemberdayaan informasi adalah upaya yang dilakukan perpustakaan secara terencana, terstruktur, dan terarah agar seluruh informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada beberapa cara untuk memberdayakan informasi di perpustakaan, antara lain yaitu :
1. Sirkulasi dan transaksi informasi, yaitu siklus berputarnya informasi dimulai dari (a) dilihat, dibaca, dan dipelajari; (b) diteliti, dikaji, dan dianalisis; (c) dimanfaatkan dan dikembangkan di dalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, pelatihan, dan laboratorium; (d) ditransformasikan kepada orang lain.
2. Dipinjamkan dari perpustakaan dan dibawa pulang, khususnya yang menjadi anggota perpustakaan atau pemakai potensial dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh bagian administrasi perpustakaan.
3. disalin (fotocopy) dalam batas-batas tertentu, untuk kepentingan ilmiah, dan bukan komersial.
4. diadakan bimbingan pemakai bagi peserta didik atau pengajar ataupun masyarakat umum, yang belum mengenal secara familier/akrab dengan perpustakaan agar dengan mudah dan cepat dapat mempergunakan sumber informasi di perpustakaan.
5. Sumber informasi yang ada dapat diakses langsung oleh pembaca melalui layanan digital perpustaakaan.
C. Layanan Informasi
Sebagaimana diketahui bersama bahwa salah satu tugas pokok sebuah perpustakaan adalah memberikan layanan informasi. Bahkan karena pentingnya layanan tersebut, maka sering dikatakan bahwa warna dan penampilan serta kinerja perpustakaan akan tercermin dalam layanan informasi tersebut. Salah satu cara pemberdayaan sumber informasi perpustakaan adalah memberikan dan menyelenggarakan layanan kepada pemakai. Layanan yang efektif adalah yang dapat memenuhi keinginan pemakai dalam hal :
1. penyediaan informasi yang sesuai dengan keinginan pemakai.
2. waktu yang tepat, leluasa, memadai dan tidak terlalu mengikat.
3. sikap dan perilaku petugas yang penuh perhatian, ramah, santun, bersifat membimbing, memandu, dan menguasai masalah.
D. Tantangan
Setiap upaya tentu bukan tanpa masalah. Jika kita menganalisis, maka ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam rangka upaya menjadikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, khusunya sumber informasi di sekolah, antara lain :
1. Rendahnya minat baca;
2. Kurangnya koleksi sumber informasi;
3. Adanya kesenjangan antara proses belajar mengajar dan perpustakaan sebagai pusat sumber informasi;
4. Kurang dikenalnya perpustakaan sebagai pusat sumber informasi di sekolah;
5. Pengelolaan, dimana kurangnya kemampuan pengelola perpustakaan berakibat kurang berfungsinya perpustakaan.
E. Pemecahan Masalah
Menghadapi tantangan di atas, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guna menjadi solusi terhadap tantangan (masalah) tersebut, yaitu :
1. Peningkatan minat baca bukanlah pekerjaan ringan lembaga pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut menyangkut tugas berbagai pihak. Pemasyarakatan minat baa akan melibatkan berbagai unsure dan pihak di masyarakat karena masalah ini saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan demikian dari sisi kita sebagai pengelola perpustakaan atau lembaga pendidikan dan pelatihan, upaya yang dapat dilakukan, adalah:
a. Mewajibkan guru/instruktur dalam menyusun rancangan sistem instruksional, dimana diidentifikasikan secara jelas sumber-sumber belajar yang perlu dipelajari peserta didik dengan atau tanpa bimbingan guru/instruktur.
b. Ikut serta secara aktif memasyarakatkan program pemasyarakatan buku dan minat baca yang telah diprakasai pemerintah.
c. Mewajibkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sumber belajar yang telah ditentukan atau sumber belajar lain yang relevan dengan menerapkan prinsip hukuman dan ganjaran.
2. Menambah dan menyediakan koleksi sumber informasi baik sumber belajar cetak maupun non cetak yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pengajar.
3. Diadakannya evaluasi pada perpustakaan dan permintaan pengguna (pengajar dan peserta didik) terhadap sumber-sumber belajar yang mereka perlukan.
4. Meningkatkan kerjasama antara pengelola perpustakaan dan guru/instruktur yang akan mengupayakan pemanfaatannya.
5. Strategi belajar dan mengajar harus dipilih sedemikian rupa sehingga menuntut peserta didik untuk banyak menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan.
6. Meningkatkan ilmu dan kemampuan pengelola perpustakaan dengan cara mengikuti pelatihan atau melalui pendidikan formal tentang ilmu kepustakawanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Association for Educational Comunication Technology (AECT), Definisi Teknologi Pendidikan (Penerjemah Yusufhadi Miarso), Jakarta: C.V. Rajawali (Buku asli diterbitkan tahun 1977), 1986.
2. Heinich, R., M. Molenda, J.D. Russell, dan S.E Smaldino, Instructional Media and Technologies for Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Merril-an imprint of Prentice Hall, 1996
3. Kemp, Jerold E., Planning & Producing Audio Visual Materials, New York : Thomas Y. Crowell, 1975
4. Percival, Fred & Henry Ellington, A Handbook of Educational Technology, Kogan Page Ltd, 120 Pentonville Road, London., 1980.
5. Plomp, Tjeerd dan Donald P.Ely (Editor), International Encyclopedia of Educational Technology, Second Edition, Cambridge,UK: Cambridge University Press, 1996
6. Sadiman, Arief S., Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar, dalam Buku Dinamika Informasi dalam EraGlobal. Bandung: Ikatan Pustakawan Indonesia, Jawa Barat. PT. Remaja Rosdakarya, 1998
7. Lasa Hs., Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus Book Publisher, 2007.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak pertengahan decade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat di bidang dan konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional (pembelajaran) dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.
Guru atau intruktur tersebut berperan terutama sebagai satu-satunya sumber belajar yang paling dominan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini seringkali berakibat menjadinya proses pemberian pelajaran oleh guru atau instruktur bersifat verbalistis, karena guru sangat dominan menggunakan lambang verbal dalam melaksanakan proses pembelajaran yang umumnya dilakukan melalui penggunaan metode ceramah. Begitu dominannya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah tersebut sehingga menyebabkan guru kurang mempunyai waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam rangka memberikan kemudahan bagi murid-murid dalam kegiatan belajar mereka.
Di samping makin meluasnya penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan, peran dan sumbangan teknologi pendidikan lainnya yang paling monumental dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah dilaksanakannya sistem pendidikan terbuka (open learning) atau pendidikan/belajar jarak jauh (distance education).sebagai jaringan pembelajaran yang bersifat inovatif dalam sistem pendidikan.
Dengan berpegang pada konsep pembelajaran dalam proses pendidikan maka diharapkan setiap siswa maupun guru dapat senantiasa belajar dan menemukan sendiri ataupun atas bantuan orang lain konsep-konsep yang dipelajari. Oleh karena itu maka dibutuhkan beragam sumber belajar yang dapat memberikan suport secara penuh agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Sumber belajar pada dasarnya sangat banyak jumlahnya dan beragam. Keberagaman tersebut akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah proses pembelajaran akan berlangsung lebih baik, dimana akan terbentuk pembelajaran aktif, interaktif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM) serta sesuai kebutuhan. Dampak negatifnya, guru memiliki tugas yang tidak mudah dalam menentukan sumber belajar maupun media belajar yang sesuai dengan pembelajaran yang akan diberikan. Terlebih jika ada kendala misalnya guru tidak tahu tentang peta sumber belajar yang dapat dioptimalkan. Dampak lainnya adalah dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak banyak memberikan kemudahan bagi manusia, tetapi dilain pihak juga membawa dampak dan permasalahan sendiri.
Situasi seperti itu akan berpengaruh banyak terhadap proses dan praktek pendidikan. Pendidikan dan pembelajaran tidak mungkin lagi dipertahankan jika para pengajar/guru masih mempertahankan strategi mengajar mereka yang behavioristik. Untuk era sekarang pola mengajar yang baik adalah pola pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran konstruktivisme. Proses belajar mengajar yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan tidak mungkin lagi dilakukan dengan banyak ”menyuapi” peserta didiknya. Peserta didik harus aktif mencari informasi yang diperlukan, sementara pengajar (guru/instruktur) berkewajiban memberi arahan, contoh dan dorongan. Selain itu tuntutan akan keluwesan dan kelonggaran waktu dan tempat belajarsemakin lama semakin meningkat. Sumber-sumber informasi yang semakin beranekaragam perlu diidentifikasi, disediakan, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk memudahkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.
Untuk itulah maka pengorganisasian sumber belajar menjadi kebutuhan cukup besar terutama dalam posisinya sebagai suport system dalam sistem pembelajaran. Pengelolaan dan pengorganisasian sumber belajar dalam sebuah institusi pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk pusat sumber belajar (PSB).
PEMBAHASAN
A. Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Informasi di Sekolah
Sejak ditemukannya masin cetak untuk mencetak buku dan sumber belajar cetak lainnya, hingga sekarang media cetak masih menduduki posisi kunci dalam menunjang proses belajar mengajar, buku, diktat, jurnal, modul, dan lain-lain masih banyak diandalkan untuk menunjang proses belajar manusia.
Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola sumber informasi semestinya menduduki posisi kunci dalam proses pendidikan dan pelatihan yang ada, baik di lingkungan sekoah, luar sekolah, dunia kerja, maupun masyarakat pada umumnya. Namun kenyataannya masih jauh dari harapan. Perpustakaan masih belum benar-benar memasyarakat. Hal ini terjadi karena rendahnya minat baca masyarakat dan kurangnya kesadaran bahwa belajar harus mencari sendiri informasi atau jawaban atas persoalan ayng mereka hadapi.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, berkembang pula konsep perpustakaan. Perpustakaan perlu menyesuaikan diri bukan hanya menangani koleksi sumber informasi dalam bentuk media cetak saja, tetapi harus membuka diri untuk masuknya media audio visual dan kemungkinan masuknya fungsi-fungsi lainnya.
Dengan visi ke depan, perpustakaan hendaknya siap pula menjadi pusat sumber informasi dalam arti sebenarnya. Oleh karena itu, apabila kita menyebut pusat sumber informasi hendaknya kita tafsirkan sebagai perpustakaanyang berkembang lebih lanjut dengan fungsi-fungsi baru tersebut. Perkembangan konsep pusat sumber informasi adalah perpaduan antara fungsi perpustakaan dan pusat multimedia untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sasaran didik tertentu dalam suatu lembaga pendidikan, baik formal (sekolah, diklat) maupun nonformal (masyarakat). Pusat sumber informasi tidak hanya bermanfaat untuk membantu proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan lembaga diklat tetapi juga lembaga lain, sepanjang berurusan dengan proses pendidikan dan pembelajaran di masyarakat pada umumnya.
B. Pemberdayaan Informasi
Pemberdayaan informasi adalah upaya yang dilakukan perpustakaan secara terencana, terstruktur, dan terarah agar seluruh informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada beberapa cara untuk memberdayakan informasi di perpustakaan, antara lain yaitu :
1. Sirkulasi dan transaksi informasi, yaitu siklus berputarnya informasi dimulai dari (a) dilihat, dibaca, dan dipelajari; (b) diteliti, dikaji, dan dianalisis; (c) dimanfaatkan dan dikembangkan di dalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, pelatihan, dan laboratorium; (d) ditransformasikan kepada orang lain.
2. Dipinjamkan dari perpustakaan dan dibawa pulang, khususnya yang menjadi anggota perpustakaan atau pemakai potensial dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh bagian administrasi perpustakaan.
3. disalin (fotocopy) dalam batas-batas tertentu, untuk kepentingan ilmiah, dan bukan komersial.
4. diadakan bimbingan pemakai bagi peserta didik atau pengajar ataupun masyarakat umum, yang belum mengenal secara familier/akrab dengan perpustakaan agar dengan mudah dan cepat dapat mempergunakan sumber informasi di perpustakaan.
5. Sumber informasi yang ada dapat diakses langsung oleh pembaca melalui layanan digital perpustaakaan.
C. Layanan Informasi
Sebagaimana diketahui bersama bahwa salah satu tugas pokok sebuah perpustakaan adalah memberikan layanan informasi. Bahkan karena pentingnya layanan tersebut, maka sering dikatakan bahwa warna dan penampilan serta kinerja perpustakaan akan tercermin dalam layanan informasi tersebut. Salah satu cara pemberdayaan sumber informasi perpustakaan adalah memberikan dan menyelenggarakan layanan kepada pemakai. Layanan yang efektif adalah yang dapat memenuhi keinginan pemakai dalam hal :
1. penyediaan informasi yang sesuai dengan keinginan pemakai.
2. waktu yang tepat, leluasa, memadai dan tidak terlalu mengikat.
3. sikap dan perilaku petugas yang penuh perhatian, ramah, santun, bersifat membimbing, memandu, dan menguasai masalah.
D. Tantangan
Setiap upaya tentu bukan tanpa masalah. Jika kita menganalisis, maka ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam rangka upaya menjadikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, khusunya sumber informasi di sekolah, antara lain :
1. Rendahnya minat baca;
2. Kurangnya koleksi sumber informasi;
3. Adanya kesenjangan antara proses belajar mengajar dan perpustakaan sebagai pusat sumber informasi;
4. Kurang dikenalnya perpustakaan sebagai pusat sumber informasi di sekolah;
5. Pengelolaan, dimana kurangnya kemampuan pengelola perpustakaan berakibat kurang berfungsinya perpustakaan.
E. Pemecahan Masalah
Menghadapi tantangan di atas, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guna menjadi solusi terhadap tantangan (masalah) tersebut, yaitu :
1. Peningkatan minat baca bukanlah pekerjaan ringan lembaga pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut menyangkut tugas berbagai pihak. Pemasyarakatan minat baa akan melibatkan berbagai unsure dan pihak di masyarakat karena masalah ini saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan demikian dari sisi kita sebagai pengelola perpustakaan atau lembaga pendidikan dan pelatihan, upaya yang dapat dilakukan, adalah:
a. Mewajibkan guru/instruktur dalam menyusun rancangan sistem instruksional, dimana diidentifikasikan secara jelas sumber-sumber belajar yang perlu dipelajari peserta didik dengan atau tanpa bimbingan guru/instruktur.
b. Ikut serta secara aktif memasyarakatkan program pemasyarakatan buku dan minat baca yang telah diprakasai pemerintah.
c. Mewajibkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sumber belajar yang telah ditentukan atau sumber belajar lain yang relevan dengan menerapkan prinsip hukuman dan ganjaran.
2. Menambah dan menyediakan koleksi sumber informasi baik sumber belajar cetak maupun non cetak yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pengajar.
3. Diadakannya evaluasi pada perpustakaan dan permintaan pengguna (pengajar dan peserta didik) terhadap sumber-sumber belajar yang mereka perlukan.
4. Meningkatkan kerjasama antara pengelola perpustakaan dan guru/instruktur yang akan mengupayakan pemanfaatannya.
5. Strategi belajar dan mengajar harus dipilih sedemikian rupa sehingga menuntut peserta didik untuk banyak menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan.
6. Meningkatkan ilmu dan kemampuan pengelola perpustakaan dengan cara mengikuti pelatihan atau melalui pendidikan formal tentang ilmu kepustakawanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Association for Educational Comunication Technology (AECT), Definisi Teknologi Pendidikan (Penerjemah Yusufhadi Miarso), Jakarta: C.V. Rajawali (Buku asli diterbitkan tahun 1977), 1986.
2. Heinich, R., M. Molenda, J.D. Russell, dan S.E Smaldino, Instructional Media and Technologies for Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Merril-an imprint of Prentice Hall, 1996
3. Kemp, Jerold E., Planning & Producing Audio Visual Materials, New York : Thomas Y. Crowell, 1975
4. Percival, Fred & Henry Ellington, A Handbook of Educational Technology, Kogan Page Ltd, 120 Pentonville Road, London., 1980.
5. Plomp, Tjeerd dan Donald P.Ely (Editor), International Encyclopedia of Educational Technology, Second Edition, Cambridge,UK: Cambridge University Press, 1996
6. Sadiman, Arief S., Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar, dalam Buku Dinamika Informasi dalam EraGlobal. Bandung: Ikatan Pustakawan Indonesia, Jawa Barat. PT. Remaja Rosdakarya, 1998
7. Lasa Hs., Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus Book Publisher, 2007.
Komentar