Rabu, 13 Maret 2013

BAGAIMANAKAH CARANYA KITA MENGENAL BAKAT SESEORANG ?


Oleh : Kepler Pasaribu , SE. M.Pd



           Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam praktiknya hampir semua ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor. Pendapat Guilford salah satu contoh dari pola pemikiran untuk untuk bakat seseorang (materi) yang ada pada individu, yang diperlukan untuk aktivitas apa saja; jelasnya, untuk setiap aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor tersebut. Pemberian nama terhadap berjenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olahraga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup. Mungkin penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.

            Sebenarnya setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor saja. Bermacam-macam faktor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di Fakultas Teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berpikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak lagi. Karena itu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakar itu pada pendapat, bahwa pada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosa tentang bakat adalah membuat urutan (ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu.

            Prosedur yang biasa ditempuh adalah sebagai berikut :
a.       Melakukan analisis jabatan (job-analysis) atau analisis lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor    apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut;
b.      Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan (job description) atau pencandraan lapangan studi;
c.       Dari pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu;
d.      Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya (alat pengungkap bakat), yang biasanya berwujud tes.

            Dengan jalan pikiran seperti yang digambarkan di atas itulah pada umumnya tes bakat itu disusun. Sampai sekarang boleh dikata belum ada tes bakat yang cukup luas daerah pemakainya (seperti misalnya tes inteligensi); berbagai tes bakat yang telah ada seperti misalnya  FACT (Flanagan Aptitude Clasification Test) yang disusun oleh Flanagan, DAT (Diffrential Aptitude Test) yang disusun oleh Bennet, M – T test (Mathematical and Technical Test) yang disusun oleh Luningprak masih sangat terbatas daerah berlakunya. Hal ini disebabkan karena tes bakat sangat terikat kepada konteks kebudayaan di mana tes itu disusun, sedangkan macam-macamnya bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan di mana klasifikasi bakat itu dibuat.

          Bagi kita bangsa Indonesia kiranya sangat mendesak untuk segera diciptakannya tes bakat itu, baik untuk keperluan pemilihan jabatan atau lapangan kerja, maupun untuk pemilihan arah studi.

DAFTAR  PUSTAKA

Anastasi, A. Diffrential Psyhologi, New York: MacMillan 1958
Flanagan,J. C.et al. Project Talent: The American High School Student. Final Report, 1964. Of Pittsburg, Corporative Research Project No. 635, United States Office of Education.
Guilford, J. P. Personality. New York; McGraw Hill, 1958.
Sumadi Suryabrata. Studi tentang validitas tes mathematic teknik di beberapa S.M.P di Kertosono dan Prambanan, Bulletin Psychology, 1971.1, 33 – 37.