Revolusi Industri 4.0
Oleh : Sunardi
Demam Revolusi Industri 4.0 bukan hanya isap jempol
belaka, semuanya seakan telah menyebar ke seluruh lini tanpa terkecuali. Ada
disrupsi besar yang sedang terjadi dalam tempo singkat, berimbas pada
masyarakat dan model bisnis lamanya yang bahkan sudah sangat mapan. Ada banyak
pesaing tak terlihat yang merevolusi perubahan itu semua.
Memang ada banyak yang bertahan pada sistem lama,
harus tergerus dengan perubahan zaman yang fleksibel. Di era Revin 4.0.
Perubahan dan gebrakan ini dinilai bisa mengubah siapa saja. Kini bagaimana
cara menghadapinya karena perubahan zaman yang dinamis.
Pemerintah pun tak mau ketinggalan, dengan membuat
cetak biru dalam menghadapi Industri 4.0. Apalagi di era tersebut kita sangat
akrab dengan memanfaatkan kemampuan internet untuk menggerakkan mesin dan
robot, seakan mampu mengefisienkan banyak hal. Penggunaan robot atau mesin
mampu mengurangi biaya dan waktu, mengurangi kesalahan kerja, akurasi, dan
kualitas produksi lebih terkontrol. Serta bisa meningkatkan hasil produksi.
Perusahaan yang cepat bergerak dan lihai menangkap
peluang, akan mampu bertahan dalam disrupsi tersebut. Nama dan modal besar
sebuah perusahaan tidak lagi menjadi kunci kesuksesan. Namun, kelincahan dalam
menangkap pasar yang akan membuat sebuah perusahaan bisa bersaing dan menjadi
lebih besar dan maju.
Internet pun jadi sesuatu yang terdepan khususnya
yang mengandalkan konsep IoT (Internet of Things), tujuan akhir dari penerapan
Revin 4.0 yang optimal. Ada banyak benda yang akan terkoneksi dengan internet
di masa depan, bukan hanya manusia dengan manusia saja tapi dengan semua benda.
Bisa dibayangkan berapa banyak jumlahnya.
Semua hal yang dulunya hanya ada di film bergenre
Science Fiction seakan sudah banyak yang berhasil direalisasikan. Hanya saja
ada banyak peran yang tergantikan dalam disrupsi besar tersebut. Manusia yang
tidak terampil dan peka terhadap perubahan menganggap itu semua sebagai ancaman
dan mimpi buruk. Pekerjaan dengan kemampuan sangat mudah akan diambil alih oleh
mesin.
Ancaman ini jelas sangat nyata, ada banyak
pekerjaan yang menjadi lumbung penghasilan berkemampuan biasa sudah hilang. Di
perkotaan besar, petugas parkir seakan mulai menghilang, mereka digantikan
smart parking, kemudian petugas tol, petugas check in hingga kurir pengantar
pesanan. Adanya IoT seakan semua pekerjaan tersebut bisa digantikan dengan teknologi.
Manusianya yang siap akan perubahan harus
kehilangan pekerjaan kebanggaan mereka tersebut. Sedangkan yang melihat
perubahan bisa menyesuaikan dengan perubahan besar tersebut. Mungkin dahulu
sebelum mesin pencari salah satunya Google lahir, ada banyak pekerjaan yang
sulit dibayangkan oleh manusia di era sebelum milenium. Pekerjaan seperti konten
kreator, buzzer, selebgram hingga influencer baru lahir saat mesin pencari ada.
Setelahnya lahir beragam platform sesuai dengan
keinginan manusia. Bisa saja di masa depan akan ada pekerjaan baru yang sulit
dibayangkan dengan kecepatan perubahan zaman yang terjadi saat ini.
Kemampuan dan sikap apakah yang paling
penting dipersiapkan pada Revin 4.0?
Pertama, memperkuat SDM yang ada,
urusan pekerja usia produktif Indonesia juaranya. Ada bonus demografi yang ada
di negeri kita, jumlah yang besar ini harus dimanfaatkan dengan hal positif
dalam menyambut masa depan. Ada banyak pekerjaan di masa depan yang
terintegrasi dengan teknologi, karena itulah harus ada keterampilan dan
kemampuan di bidang teknologi. Semua dimulai dari bangku sekolah serta
ketersediaan internet buat semau kalangan. Ini akan mendorong masyarakat tidak
awam lagi dengan pekerjaan aneh di masa depan. Sehingga tidak shock batin saat
disrupsi terjadi.
Kedua, mengubah sistem pendidikan
ke arah modern, artinya ada hubungan dunia sekolah dengan dunia industri. Semua
itu melalui program link and match kedua lini tersebut, mulai dari kurikulum
berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics),
praktik hingga proses adaptasi dengan dunia kerja. Guru selaku kuasa di sekolah
diberikan pelatihan dan sarana dalam mendukung prosesnya ke arah teknologi.
Jadi para guru sangat melek di bidang teknologi dan bisa melihat potensi anak
didiknya di masa depan sesuai bidang industri yang ia gemari.
Ketiga, mengedepankan kolaborasi,
di era saat ini bukan lagi mengedepankan kompetisi tapi kolaborasi dengan semua
pihak. Sebagai contoh adalah bisnis taxi konvensional yang harus kalah bersaing
dengan taxi online. Sebuah bisnis taxi konvensional harus punya semuanya,
dimulai dari taxi, pangkalan, driver hingga proses perizinan yang
berbelit-belit.
Beda dengan taxi online yang tidak punya satu unit
taxi pun, mereka berkolaborasi dengan pemilik kendaraan dalam konsep sharing
economy. Alhasil ada banyak taxi online tak terlihat yang menunjang pelanggan
dengan harga terjangkau. Mirip dengan era Revin 4.0 yang mengedepan kolaborasi,
jangan heran banyak bisnis lahir dari dasar kolaborasi di masa depan.
Peluang besar dari Bisnis Indonesia di era
Revin 4.0
Bukan hanya masalah personal yang dipersiapkan
dengan jeli, tapi berbagai manufaktur negeri yang terus berinovasi dan
berkreasi di era kini. Sedikitnya Indonesia sudah mempersiapkan lima sektor
manufaktur yang siap bersaing di pasar global di era Revin 4.0. Semua itu akan
berkolaborasi dengan teknologi AI, IoT, Drone, hingga 3D Printing
Printing.
Which-50.com
SBidang yang sedang dipersiapkan
pemerintah jadi andalan dan bisa bersaing di masa depan. Di mulai dari bidang
minuman dan makanan, tekstil, otomotif, kimia, dan elektronik. Selain itu
karena bidang ini sangat sesuai dengan kebutuhan pasar, investasi hingga jumlah
transaksi perdagangan. Selaku negara yang masuk dalam G20, Indonesia punya
peran besar mempertahankan fokus perdagangan tersebut serta tantangan di era
digital. Sejumlah industri yang jadi sentra penting Indonesia, berikut
ulasannya:
1. Bidang
Minuman dan Makanan
Menurut data
Katadata di tahun 2017, ada sebesar 29% PDB Indonesia datang dari sentra
manufaktur. Sebanyak 24% berhasil diekspor dan menyerap hampir 33% tenaga kerja
di bidang tersebut. Itu sangat wajar karena Indonesia punya hasil alam yang
berlimpah, salah satunya dalam pengolahan makanan dan minuman khas Indonesia.
Di era Revin
4.0, peran manusia banyak tergantikan oleh teknologi. Tugas orang yang bekerja
di sentra ini hanyalah sebagai pihak monitoring menggunakan teknologi IoT.
Misalnya saja sentra pertanian, peternakan, dan perikanan. Akan ada smart
agriculture, smart farm, hingga smart fisheries. Ada banyak peran teknologi
yang memudahkan mereka yang bekerja di bidang ini sekaligus menekan biaya
operasional pekerja.
Selain itu
sentra makanan dan minuman umumnya datang dari para UMKM, ada 80% daya serap
yang diberikan dalam jumlah tenaga kerja di tanah air. Peran pemerintah
memperkenalkan teknologi yang memudahkan proses kerja mereka. Saya mencontohkan
seperti promosi produk secara digital serta kemampuan melek teknologi setiap
pelaku UMKM. Itu artinya tidak ada laga istilah jemput bola tapi didatangi
bola.
Terakhir
adalah peran pemerintah memberikan membantu investasi pada produk yang dihasilkan
sesuai dengan permintaan konsumen. Tak hanya itu saja, produk yang dinilai
punya kelebihan bisa dipromosikan. Salah satunya dengan meningkatkan daya
ekspor ke negara sahabat, apalagi banyak produk Indonesia yang mampu mengambil
hati pelanggan luar.
2. Bidang
Otomotif
Di era Revin
4.0 jumlah permintaan otomotif tetap tinggi, ada banyak perusahaan terkemuka
negeri yang disegani di ASEAN. Walaupun sebagian besar hasil dari proses
perakitan karena bahan baku masih impor. Nilai ini sangat besar apalagi banyak
pelanggan yang mulai beralih ke arah kendaraan listrik (EV).
Indonesia
punya peluang besar karena pengembangan mobil listrik sedang berkembang pesat
dalam menggantikan bahan bakar fosil. Bila jeli melihat peluang ini, Indonesia
bisa jadi produsen kendaraan listrik tersebar di dunia.
Saya ingat
beberapa tahun lalu ada pengembang mobil listrik karya anak bangsa buatan Ricy
Elson yaitu Tucuxi pada seri pertama dan kini Selo. Mobil ini punya akselerasi
tinggi dan menyerupai Lamborghini. Biaya perakitannya murah karena hanya butuh
kemampuan baterai serta komponen listrik lainnya.
Hanya saja
mobil ini tidak lolos uji emisi (mobil listrik tidak punya emisi) dari
pemerintah sehingga tidak jadi di produksi. Sungguh sangat disesalkan, karena
negara maju kini mulai menanggalkan mobil berbahan bakar fosil ke mobil
listrik.
Ini
sebenarnya peluang Indonesia sekaligus kesempatan besar, mungkin bila saja
Indonesia ngotot dengan proyek mobil nasional buatan negeri. Sudah pasti
ketinggalan jauh dengan pabrikan ternama dunia, sedangkan mengandalkan mobil
rakitan produk lain tidak menggambarkan jati diri bangsa.
Kesempatan
itu hadir lewat mobil listrik, sesuai dengan perkembangan Revin 4.0 yang ramah
lingkungan serta mengandalkan energi listrik. Apalagi teknologi di mobil
listrik tidak terlalu jauh, mungkin baru ada nama besar seperti Tesla Motor,
Faraday Future atau Lucid Air di sana, sedangkan di negara Asia baru pabrikan
Jepang, Nissan Motor yang memulainya.
Pengembangan
ini bisa bekerja sama dengan perusahaan di atas yang sudah mapan atau bahkan
merakitnya di Indonesia. Sudah pasti akan ada banyak permintaan yang hadir
sekaligus menurunkan harga kendaraan listrik yang saat ini dinilai sangat
mahal. Bukan hanya mobil saja, bisa saja kendaraan lainnya yang menggunakan tenaga
listrik.
Selain itu
bisa menekan angka kebisingan dan buangan emisi di jalan raya yang sudah di
ambang batas parah. Itu semua diawali dengan membangun ekosistem pada kendaraan
listrik. Dimulai dengan mempromosikan pada masyarakat, membangun power station
di berbagai lokasi strategis, bengkel servis baterai serta perangkat teknologi
hingga tenaga ahli dari anak bangsa. Pastinya bidang ini akan mengangkat harkat
bangsa di mata dunia khususnya pad industri kendaraan listrik.
3. Bidang
kimia
Bukan
sesuatu yang asing bila Indonesia terkenal dengan pengimpor bahan baku kimia
dasar di era sebelumnya. Namun kini bidang ini berbenah dengan lahirnya beragam
pabrik petrokimia dalam memutus mata rantai impor. Ada banyak alasan dan salah
satunya adalah banyak sumber daya alam berupa migas dan manusia di bidang ini.
Sekaligus menargetkan pasar industri kimia secara global.
Sebagai
contoh yaitu ekspor Indonesia saja ke negara Uni Eropa untuk aneka produk kimia
di tahun 2018 mencapai angka USS 1,4 Miliar. Ada banyak peluang yang datang
dimulai dari industri kimia seperti misalnya industri olefin, aromatik, dan
plastik tanah air. Di bidang farmasi, obat-obatan tradisional jadi industri
kimia yang menjanjikan.
Pabrik yang
ada pun sudah terintegrasi dengan teknologi IoT dan AI dalam proses produksi.
Alasannya kebutuhan sejumlah bahan kimia sangat dibutuhkan khususnya di daerah
ASEAN. Meskipun masalah utama yang dihadapi adalah bahan baku terbatas. Namun
pemerintah optimal dan membantu sentra ini berkembang pesat di era Revin 4.0.
4. Bidang
Tekstil dan Pakaian
Sentra ini
sejak dulu jadi andalan Indonesia, di tahun 2018 saja punya kontribusi hingga
8% dari PDB manufaktur. Sebagian besar diekspor ke luar negeri sejak dulu sejak
masih mengandalkan sistem berbasis konvensional. Hadirnya era Revin 4.0 seakan
mempermudah dan meningkatkan proses produksi.
Semuanya
dimulai dari sektor hulu dalam pemilihan serat bahan yang baik, ada proses
monitoring yang baik. Biaya produksinya juga rendah tapi punya kualitas tinggi
sehingga mampu bersaing secara global. Lalu para pekerja pun tidak harus
bekerja layaknya era sebelumnya, mereka bekerja dengan optimasi teknologi.
Dibutuhkan proses pelatihan dan pengenalan alat kerja dalam menunjang industri
tersebut.
Kemudian
adalah membaca kebutuhan pasar pada tekstil dunia, saat ini yang booming adalah
berbagai pakaian olahraga. Indonesia pun jadi negara dengan kerja sama apparel
kenamaan dunia. Sudah pasti permintaan sangat besar dari dalam dan luar negeri.
5. Bidang
Elektronik
Terakhir
adalah bidang elektronik jadi fokus pemerintah, ada banyak pesanan dari lokal
dan luar negeri. Data terbaru adalah nilai ekspor ke Uni Eropa yang mencapai
angka USS 1,8 Miliar di tahun 2018. Memang saat ini produksi lokasi masih pada
konsentrasi pada perakitan sederhana, namun nilai ini terus naik tiap tahunnya.
Kebutuhan
perangkat elektronik di era Revin 4.0 sangat tinggi dan Indonesia berhasil
menyanggupinya. Umumnya yang diekspor adalah barang semi konduktor dan komponen
elektronik seperti aluminium, electrolytic, dan tantalum. Pada perangkat
komputer seperti komponen optical character reader dan scanner. Sedangkan
barang produk jadi dari tanah air hadir melalui produk buatan Maspion dan
Polytron, seperti setrika, blender, kipas angin, lemari es, dan TV.
Strategi
yang diterapkan adalah dengan menambah jumlah permintaan yang ada, salah
satunya dengan pelatihan para pekerja di era Revin 4.0 dalam transfer ilmu.
Alat yang digunakan mengalami pembaharuan dan punya daya efisiensi tinggi.
Salah
satunya penerapan 3D Printing yang mampu membuat bahan lebih cepat dan presisi.
Benda padat dapat dibuat melalui file digital berbentuk CAD (Computer Aided
Design) yang terhubung dengan komputer. Proses pembuatan komponen semi
konduktor sangat baik dibuat dalam teknologi ini dan mengurangi bahan terbuang
saat proses produksi.
Making
Indonesia 4.0 Wujud Pemerintah menghadapi Revolusi Industri 4.0
Bila tak
berbenah dan mempersiapkan diri akan ada banyak sentra industri yang tergerus.
Alasan itulah pemerintah mempersiapkan Making Indonesia 4.0 dalam lima sentra
industri potensial dalam negeri yang berkelanjutan.
Ada sejumlah
prioritas yang diterapkan di antaranya dengan memperbaiki alur barang dan
material dengan meningkatkan produksi lokal dan menekan angka impor. Sehingga
harga produksi bisa ditekan. Mengubah konsep industri yang sesuai dengan era
Revin 4.0 dalam pengembangan industri modern yang ramah lingkungan dan
terbarukan.
jamaninfo.com
Kemudian peran membangun
infrastruktur berbasis digital seperti cloud, data center, security management,
dan broadband. Sebelumnya sudah ada konsep Palapa Ring dalam membangun kabel
optik dan kabel bawah laut di seluruh negeri mempercepat akses internet.
Penerapan ini akan berdampak pada sejumlah sentra industri kecil termasuk salah
UMKM yang menerapkan konsep digital berbasis e-commerce. Semua pihak yang ada
dalamnya akan tumbuh, termasuk startup yang menghimpun sejumlah UMKM dalam
negeri.
Bukan
pemandangan asing lahirnya startup tanah air, dari level pemula Crockroach
hingga level besar seperti startup Decacorn. Akan banyak investor yang tertarik
dengan startup buatan anak negeri dalam proses pendanaan dan pengembangannya.
Terakhir adalah dana riset dan pengembangan teknologi yang meningkat sehingga
mendukung berbagai sentra teknologi buatan anak negeri.
Cetak biru
itu telah lahir melalui program Making Indonesia, negara sudah siap berbenah.
Kini kita yang masih di zona nyaman bisa mempersiapkan diri sebelum disrupsi
besar terjadi. Revin 4.0 akan banyak menggerus berbagai bidang di dalamnya,
tapi ia tak akan mempengaruhi siapa saja yang siap menghadapi perubahan.
Komentar