Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung

Oleh : Sunardi
Widyaiswara Muda P4TK BBL Medan



1.    Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan awal sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi dikerjakan dn harus direncanakan. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut. Ada beberapa item dalam pekerjaan persiapan, antara lain: 1) Perencanaan Site Plan, 2) Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya, 3) Pembuatan Shop Drawing, 4) Pengadaaan Material untuk Pekerjaan Persiapan, 5) Mobilisasi Peralatan, dan 6) Perencanaan Pelaksanaan di Lapangan.

2.    Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Gedung
Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung dibagi atas 1) Pelaksanaan Pekerjaan Arsitektural, 2) Pelaksanaan Pekerjaan Struktur, 3) Pelaksanaan Pekerjaan Mekanikal Elektrikal, dan 4) Plumbing. Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan desain dari konsultan perencana. Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan. Contoh-contoh metode pelaksanaan untuk proyek bangunan gedung, mulai dari pekerjaan Fondasi hingga pekerjaan finishing (arsitektur)-nya serta untuk pekerjaan sipil lainnya dalam bentuk ilustrasi gambar-gambar yang dilengkapi dengan keterangan.
3.    Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang ada dibawahnya.Terdapat dua klasifikasi pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dapat didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan yangterletak relatif jauh dari permukaan, contohnya pondasi sumuran dan pondasi tiang (Hardiyatmo, 2011).
Secara umum, pelaksanaan pekerjaan pondasi memanjang atau lajur terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya :
a.    a.Mempersiapkan bahan serta bowplank untuk posisi penempatan. Bowplank yang digunakan adalah terbuat dari papan kayu.
b.    b.Menggali tanah sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dibuat. Penggalian tanah ini dikerjakan dengan tenaga manusia karena tidak terlalu dalam hanya sedalam 60cm saja.


Sumber::http://rromadhonunj.blogspot.co.id/2014/02/pelaksanaan-pekerjaan-kolom-balok-plat.html
Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek secara umum sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada masing-masing tipe kolom berbeda-beda. Langkah teknis pada pekerjaan kolom adalah sebagai berikut:                                                           
1)    Penentuan As kolom
2)    Pembesian area kolom
3)    Pemasangan bekisting kolom, uraian singkat proses pembuatan bekisting kolom.
a.    Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.
b.    Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100cm dari masing-masing as kolom.
c.    Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai sesuai dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom.
d.    Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting
e.    Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.
f.     Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.
g.    Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.
h.    Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor.
4)    Pengecoran kolom
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0,9m3. Bucket tersebut diangkut dengan menggunakan Tower crane untuk memudahkan pengerjaan. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beotn menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
5)    Pembongkaran bekisting kolom
Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting. Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut:
a.    Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar.
b.    Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada plywood dapat terlepas.
c.    Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
d.    Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga rangkaian/panel bekisting terlepas.
e.    Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat dengan tower crane ke lokasi pabrikasi awal.
6)    Perawatan Beton Kolom
Perawatan beton kolom setelah pengecoran adalah dengan sistem kompon, yaitu dengan disiram 3 kali sehari selama 3 hari.



Gambar 3.6 Stek Kolom


Gambar 3.7 Pertemuan pembesian sloof dan kolom.

Gambar 3.7 Hubungan pembesian kolom dengan balok.
Gambar 3.7 (a) Bekisting Kolom Praktis pada dinding menerus, (b) Bekisting Kolom Praktis pada dinding siku.

3.4.4    Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai
Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah selesai dikerjakan. Pada proyek  Apartement sistem balok yang dipakai adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe yang berbeda-beda. Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok induk) dan balok anak. Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran sampai perawatan.
1)         Tahap Persiapan
a.  Pekerjaan pengukuran, bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur theodolithe.
b.    Pembuatan bekisting
Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan pekerjaan, kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Pekerjaan balok dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.

c.    Pabrikasi besi
Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok ada dilakukan dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit diatas bekisting yang sudah jadi. Sedangkan pembesian plat dilakukan dilakukan di atas bekisting yang sudah jadi.
2)         Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat
a.         Pembekistingan balok.
Tahap pembekistingan balok adalah (1) pemasangan scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat dan memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base  jack atau U-head jack nya, (2) Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace  dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood sebagai alas balok, (3) Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.
b.         Pembekistingan pelat
Tahap pembekistingan pelat adalah (1) Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk pelat lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan mengatur base  jack dan U-head jack nya, (2) Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace  dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya, (3)  Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku.. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran, dan (4) Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
c.         Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan waterpass, jika sudah  selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap.
d.         Pembesian balok
Tahap pembesian balok adalah (1) Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di los besi kemudian diangkat menggunakan tower crane ke lokasi yang akan dipasang, (2) Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom, (3) Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok lalu diikat.
e.         Pembesian pelat
Setelah tulangan balok terpasang, selanjutnya adalah (1) Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap. (2) Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu sesuai rencana, (3) selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat, (4) Letakkan beton deking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat.
f.          Pengecekan
Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist/ pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok adalah diameter dan jumlah tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah, penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di pelat lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya.
g.         Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting pelat dilakukan setelah 4 hari pengecoran  sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Setelah bekisting di bongkar kemudian dipasang sapot sebagai penunjang pelat dan beban diatasnya.
3)         Tahap Pengecoran Pelat dan Balok  
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok.. Peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu : bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja, papan perata.
4)         Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran besting pelat dan balok dilakukan sesuai dengan ketentuan 7 sampai 21 hari.
5)         Perawatan (curing)
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu

Gambar 3.8 Pelaksanaan bekisting balok





3.4.5    Pelaksanaan Pekerjaan Atap Baja Ringan
Persyaratan teknis rangka atap baja ringan di antaranya adalah:
  1. Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur (dynabolt) pada kedua tumpuannya.
  2. Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ring balk.
  3. Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda rata.
  4. Sisi miring atap rata atau tidak bergelombang.
  5. Tidak ada kerusakan lapisan pelindung.
  6. Tidak terjadi perubahan bentuk (deformasi) akibat

Gambar 3.13. Sistem tumpuan Wall-Plate Kuda-kuda
Beberapa langkah kerja pemasangan kuda-kuda yang harus diikuti:

Langkah 1. Persiapan kerja
  1. Menyiapkan gambar rencana atap dan perletakkan kuda- kuda, dan tidak diperkenankan menggunakan gambar draft sebagai panduan.
  2. Menyiapkan semua peralatan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja, dan memperhatikan petunjuk tentang persyaratan melakukan pekerjaan di atas ketinggian.
  3. Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan kuda-kuda, antara lain: bor dan hexagonal socket, meteran, selang air (waterpass), alat penyiku, mesin pemotong, gergaji besi, palu, dan sebagainya.

Langkah 2. Leveling dan marking
  1. Pastikan seluruh permukaan atas ring balok dalam keadaan rata dan siku, dengan menggunakan selang air (waterpass) dan penyiku sebagai alat bantu

Gambar 3.14. Leveling dan marking
  1. Memastikan bahwa rangkaian ring balok telah mengikat semua bagian bangunan dan tersambung secara benar (monolith) dengan kolom yang ada di bawahnya.
  2. Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda sesuai dengan gambar rencana atap.
  3. Mengukur jarak antar kuda-kuda.

Gambar 3.14. Pengukuran pembuatan kuda-kuda

Langkah 3: Pengangkatan dan pemasangan kuda-kuda
  1. Mengangkat kuda-kuda secara hati-hati, agar tidak mengakibatkan kerusakan pada rangkaian kuda-kuda yang telah selesai dirakit seperti gambar 3.15.

Gambar 3.15. Pengangkatan kuda-kuda
  1. Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak terbalik. Sisi kanan dan kiri kuda-kuda dapat ditentukan dengan acuan posisi saat pekerja melihat kuda-kuda, dengan mulut web dapat dilihat oleh pekerja. Bagian di sebelah kiri pekerja disebut sisi kiri, sedangkan yang berada di sebelah kanannya adalah sisi kanan.
  2. Mengontrol posisi berdirinya kuda-kuda agar tegak lurusdengan ringbalok menggunakan benang dan lot (unting-unting)
  3. Mengencangkan kuda-kuda dengan plat L (L bracket), dengan menggunakan 4 buah screw 12 – 14 x 20 HEX.
  4. Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan dynabolt, dan menambahkan balok penopang sementara, agar posisi kuda-kuda tidak berubah.
  5. Mengulangi langkah ke-1 sampai ke-6 untuk mendirikan semua kuda-kuda, sesuai dengan posisinya dalam gambar kerja.
  6. Memeriksa ulang jarak antar kuda-kuda dari as ke as (maksimum 1,2 meter).
  7. Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-kuda  (Apex), dan memastikan garis nok memiliki ketinggian yang sama atau datar.
  8. Memasang balok nok.
  9. Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan, jika bekerja beban angin. Bracingdipasang di atas top-chord dan di bawah reng.
  10. Bila menggunakan aluminium foil, lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas trussjurai dan rafter.
  11. Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis penutup atap yang digunakan. Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat memakai screw ukuran 10-16×16 sebanyak 2 (dua) buah.
  12. Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir yang menumpu ringbalk). Pada atap jenis pelana, outrigger dapat dipasang sebagai overhang dengan panjang maksimal 120 cm dari kuda- kuda terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm. outrigger harus diletakkan dan di-screw dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.
  13. Memasang ceilling battens dengan jarak antar masing-masing ceilling battens adalah 120 cm. Komponen ini dipasang pada permukaan bagian atas bottom chord kuda-kuda dan di-screw. Untuk pertemuan ceilling battens dengan ring balok di beri bantalan bracket yang diikat memakai 2 (dua) buah dynabolt. Fungsi ceilling battens adalah untuk memperkuat ikatan antar kuda-kuda.Jika diperlukan, sambungan memanjang ceilling battens sebaiknya tepat diatas bottom chord. Setiap sambungan harus overlap 40 cm, dan setiap pertemuan dengan bottom chord harus di-screw. Ceiling battens selanjutnya dapat difungsikan untuk menahan plafond dan penggantungnya. Pemasangan ceiling battens Sambungan ceilling battens atau top span overlap sepanjang 40 cm dengan perkuatan 4 buah screw.


 Gbr. Rangka atap baja ringan
Langkah 4: Pemasangan penutup atap
  1. Memeriksa ulang pemasangan kuda-kuda sesuai dengan nomor, kedataran nok maupun sisi atap, dan memastikan support overhang terpasang dengan benar .
  2. Bila menggunakan Aluminium Foil, maka lapisan ini dipasang terlebih dahulu di atas jurai dan rafter. 
  3. Menentukan jarak reng sesuai dengan jenis penutup atap yang digunakan, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan reng (roof battens) dengan screw 10 – 16 x 16 HEX.
  4. Memasang satu jalur penutup terlebih dahulu dari bawah ke atas. Pemasangan penutup atap harus lurus dan rapi agar polanya menjadi rapi dan tidak berbelok – belok

 Gbr.Pemasangan atap baja ringan

Daftar Pustaka
Jefri Harjawinata , “Peralatan Pekerjaan Konstruksi Jalan”, Artikel April 01, 2017.
I Wayan Jawat & Paduraksa, “Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi (Studi Proyek Fave Hotel Kartika Plaza)”, Volume 4 Nomor 2, Desember 2015
Hardiyatmo, H. C, “Analisis dan Perencanaan Fondasi I”, Edisi Kedua, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 2011.
http://rromadhonunj.blogspot.co.id/2014/02/pelaksanaan-pekerjaan-kolom-balok-plat.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan Kekurangan Bahan Bangunan Kayu dan Baja

TEKNIK SEMPROT DALAM APLIKASI FINISHING FURNITURE

Perbandingan Batu Bata, Batako dan Bata Ringan