BAGAIMANAKAH CARANYA KITA MENGENAL BAKAT SESEORANG ?
Oleh : Kepler Pasaribu , SE. M.Pd
Menurut sejarahnya usaha
pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (jabatan), tetapi
kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang
pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam praktiknya hampir semua
ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran
analisis faktor. Pendapat Guilford salah satu contoh dari pola pemikiran untuk
untuk bakat seseorang (materi) yang ada pada individu, yang diperlukan untuk
aktivitas apa saja; jelasnya, untuk setiap aktivitas diperlukan berfungsinya
faktor-faktor tersebut. Pemberian nama terhadap berjenis-jenis bakat biasanya
dilakukan berdasar atas dalam lapangan apa bakat tersebut berfungsi, seperti
bakat matematika, bakat bahasa, bakat olahraga, dan sebagainya. Dengan
demikian, maka macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan di
mana seseorang individu hidup. Mungkin penamaan itu bersangkutan dengan bidang
studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
Sebenarnya setiap bidang studi atau
bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor saja.
Bermacam-macam faktor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan
studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar
di Fakultas Teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai
bilangan, ruang, berpikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak
lagi. Karena itu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk
mendasarkan pengukuran bakar itu pada pendapat, bahwa pada setiap individu
sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam
lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda.
Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosa tentang bakat adalah membuat
urutan (ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
Prosedur yang biasa ditempuh adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan
analisis jabatan (job-analysis) atau analisis lapangan studi untuk menemukan
faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam
lapangan tersebut;
b. Dari
hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan (job description) atau
pencandraan lapangan studi;
c. Dari
pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan
apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan
tertentu;
d. Dari
persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya (alat pengungkap
bakat), yang biasanya berwujud tes.
Dengan
jalan pikiran seperti yang digambarkan di atas itulah pada umumnya tes bakat
itu disusun. Sampai sekarang boleh dikata belum ada tes bakat yang cukup luas
daerah pemakainya (seperti misalnya tes inteligensi); berbagai tes bakat yang
telah ada seperti misalnya FACT (Flanagan
Aptitude Clasification Test) yang disusun oleh Flanagan, DAT (Diffrential
Aptitude Test) yang disusun oleh Bennet, M – T test (Mathematical
and Technical Test) yang disusun oleh Luningprak masih sangat terbatas
daerah berlakunya. Hal ini disebabkan karena tes bakat sangat terikat kepada
konteks kebudayaan di mana tes itu disusun, sedangkan macam-macamnya bakat juga
terikat kepada konteks kebudayaan di mana klasifikasi bakat itu dibuat.
Bagi
kita bangsa Indonesia kiranya sangat mendesak untuk segera diciptakannya tes
bakat itu, baik untuk keperluan pemilihan jabatan atau lapangan kerja, maupun
untuk pemilihan arah studi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anastasi, A. Diffrential Psyhologi, New York:
MacMillan 1958
Flanagan,J.
C.et al. Project Talent: The American High School Student. Final
Report, 1964. Of Pittsburg, Corporative Research
Project No. 635, United States Office of Education.
Guilford,
J. P. Personality. New York; McGraw
Hill, 1958.
Sumadi
Suryabrata. Studi tentang validitas tes mathematic teknik di beberapa S.M.P di
Kertosono dan Prambanan, Bulletin
Psychology, 1971.1, 33 – 37.
Komentar