Pembelajaran Dengan E- Learning
Oleh : Sunardi
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Globalisasi adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama sepuluh tahun terakhir ini dengan pemahaman makna yang beragam. Namun apa yang dipahami dengan istilah globalisasi akhirnya membawa kesadaran bagi manusia bahwa semua penghuni planet ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada rentang jarak yang secara fisik membentang, dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusaia dimuka bumi ini terhubung satu sama lain dalam jaring – jaring kepentingan yang amat luas. Salah satu isu yang paling tren dalam istilah globalisasi adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sedemikian pesat membuat dunia seakan semakin kecil dan ruang seakan menjadi tak berjarak lagi. Cara pandang terhadap dunia pun sudah berubah. Teknologi informasi dalam perubahan cara pandang itu telah menjadi ujung tombak berbagai perubahan lainyang dirasakan manusia dimuka bumi ini. Namun, perubahan macam apa yang diciptakan dan kearah mana perubahan itu berjalan? Siapa yang diuntungkan dan siapa pula yang dirugikan?
Dulu mungkin kita berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh. Di Indonesia dengan Universitas Terbuka dengan mahasiswanya dari seluruh pelosok Indonesia.Walaupun dengan mekanisme yang boleh dibilang cukup ‘sederhana’ untuk ukuran sekarang. Namun saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang-orang untuk mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis.
Kita akui, sejak ditemukannya teknologi Internet, hampir ‘segalanya’ menjadi mungkin. Kini kita dapat belajar tak hanya kapan saja, tetapi sekaligus dimana saja dengan fasilitas sistem e-Learning yang ada.
Beberapa istilah yang seringkali dikaitkan dengan e-Learning adalah Distance Learning dan Distance Education. Tak jarang terjadi tumpang tindih dalam penggunaan istilah tersebut. Istilah Distance Learning dan Distance Education sebenarnya lebih menekankan pada adanya perbedaan jarak antara pengajar dan pemelajar. Distance Learning merupakan metode penyampaian instruksional yang tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar (Ornager, UNESCO, 2003). Distance Education, yaitu model atau program pemelajaran dimana siswa berada di rumah atau kantor dan berkomunikasi dengan pengajar maupun dengan sesama siswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, video-conference, serta bentuk komunikasi lain yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
E-Learning adalah istilah yang paling umum digunakan, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan TIK (Martin Jenkins & Janet Hanson, Generic Center, 2003). Istilah e-Learning tidak hanya hanya dapat digunakan untuk pemelajaran yang menggunakan variabel jarak atau perbedaan geografis antara siswa dan pengajar, namun dapat pula digunakan untuk menyebut proses pemelajaran yang menggunakan setiap bentuk media elektronik.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Elearning
Salah satu kosa kata yang populer dan muncul bersamaan dengan hadirnya TIK dalam dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik learning. Secara generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga elearning sering diartikan sebagai proses
belajar yang menggunakan komputer atau internet.
Sesungguhnya pengertian elearning sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan masih dipersepsikan secara berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis kontinum dari mulai menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan pembelajaran berbasis web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk memutar sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut batasan UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM guru dan tenaga penunjang yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses internet, adanya dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah tersedia, maka program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.
Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan:
e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:
e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
Definisi lain e-Learning dengan berbagai sudut pandang dapat dipelajari secara lengkap dari:
http://www.google.com/search?num=30&hl=en&lr=&ie=UTF-8&oe=UTF-8&q=define%3A%20e-learning
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning.
Mana Yang Benar “elearning” atau “e-learning” ?
Sebenarnya kita tidak perlu mendikotomikan perbedaan penggunaan kata-kata diatas. Bagaimanapunjuga, apabila ingin mencoba menganalisa, fenomenanya sedikit mirip dengan kata“email” dan“e-mail”. Sampai tahun 1998 hampir semua orang menggunakan istilah “e-learning” (dengan tanda hubung). Cisco menggunakan istilah “e-learning” dan SmartForce menggunakan terminologi“e-Learning Company”.
Setelah mulai matang dan banyak dikenal, tanda hubung mulai tidak digunakan. Sehinggadigunakanlah istilah “elearning” atau “eLearning” (tanpa tanda hubung). Microsoft menggunakanistilah “eLearn” demikian juga dengan beberapa vendor lain.
Saat ini pemakaian kata “e-learning” (dengan tanda hubung) masih lebih banyak daripada elearning(tanpa tanda hubung). Mesin pencari google.com membuktikan fakta ini seperti di bawah:
• 4.150.000 hasil untuk pencarian dengan kata “elearning” (tanpa tanda hubung)
• 6.340.000 hasil untuk pencarian dengan kata “e-learning” (dengan tanda hubung)
Setelah itu beberapa variasi kata berkembang dengan penggunaan huruf kapital atau huruf kecil untuk “L”.Hakektnya tidak ada yang salah atau yang benar, karena kedua kata tersebut dapat digunakan sebagai terminologi yang benar. Pada makalah ini akan digunakan kata e-Learning untuk penyeragaman.
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet).
Pembelajaran jarak jauh. E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja berada di Jakarta, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di kota lain bahkan di negara lain. Namun, interaksi masih bisa dijalankan secara langsung ataupun dengan jeda waktu beberapa saat. Jadi, pembelajar bisa belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah yang terkoneksi dengan Internet, sedangkan materi belajar dikelola oleh sebuah perusahaan di Amerika Serikat, di Jepang ataupun di Inggris. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari, ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet (world wide web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan). Jika Anda memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah bisa berpartisipasi dalam e-learning. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Dalam e-learning, modul-modul yang sama (informasi, penampilan, dan kualitas pembelajaran) bisa diakses dalam bentuk yang sama oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di kelas, karena alasan kesehatan atau masalah pribadi, satu instruktur pun bisa memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berbeda.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Pembelajaran yang di tunjang oleh para ahli di bidang masing-masing. Walaupun sepertinya e-learning diberikan melalui komputer (yang adalah benda mati), e-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola dan “dihidupkan” oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu: Subject Matter Expert (SME), Instructional Designer (ID), Graphic Designer (GD) dan para ahli di bidang Learning Management System (LMS). SME merupakan nara sumber dari pelatihan yang disampaikan. ID bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari. GD mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari. Para ahli di bidang LMS mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. Jadi, e-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
B. Manfaat E-learning .
Semakin banyak perusahaan dan individu yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena mereka melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web ini. Dari berbagai komentar yang dilontarkan, ada tiga persamaan dalam hal manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning.
1.Fleksibilitas.
Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan, Anda bisa memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.
2.Independent Learning.
E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
3.Biaya.
Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dalam hal biaya finansial William Horton (Designing Web-Based Training, 2000) mengutip komentar beberapa perusahaan yang telah menikmati manfaat pengurangan biaya, antara lain: Buckman Laboratories berhasil mengurangi biaya pelatihan karyawan dari USD 2.4 juta menjadi USD 400,000; Aetna berhasil menghemat USD 3 juta untuk melatih 3000 karyawan; Hewlett-Packard bisa memotong biaya pelatihan bagi 700 insinyur mereka untuk produk-produk chip yang selalu diperbaharui, dari USD 7 juta menjadi USD 1.5 juta; Cisco mengurangi biaya pelatihan per karyawan dari USD 1200 - 1800 menjadi hanya USD 120 per orang. Biaya non-finansial yang bisa dihemat juga banyak, antara lain: produktivitas bisa dipertahankan bahkan diperbaiki karena pembelajar tidak harus meninggalkan pekerjaan yang sedang pada posisi sibuk untuk mengikuti pelatihan (jadwal pelatihan bisa diatur dan disebar dalam satu minggu ataupun satu bulan), daya saing juga bisa ditingkatkan karena karyawan bisa senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaannya, sementara bisa tetap melakukan pekerjaan rutinnya.
C.Menyiapkan program e-learning
Pengalaman menunjukan dalam menyiapkan program e-learning tidaklah sesulit dalam bayangan kita, asalkan kita memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk menuju ke arah itu. Tanpa komitmen dan dukungan secara teknis maka program e-learning di sekolah tidak mungkin akan terealiasi. Ada tip tentang kunci sukses terealisasinya program e-learning, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Bates, 2005) dalam journal of e-learning volume 5 tahun 2005, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan mempertimbangkan efektifitas dalam pembiayaan, integritas sistem teknologi serta kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah barang tentu didukung kemampuan mencari bahan pembelajaran melalui internet serta mempersiapkan budaya belajar bagi siswa
.
Ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni pertama menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah. Ke empat menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-masak dalam konteks investasi jangkapanjang.
D.Kekuatan ICT Dalam Pendidikan.
Information and Communication Technology (ICT) atau lebih dikenal
dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah suatu
alat untuk mengelola data yang mempermudah dan mempercepat kita dalam
mendapatkan informasi dan berkomunikasi. Karena tidak dapat dipungkiri
bahwa kita sedang sudah memasuki masa dimana teknologi informasi
menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dewasa ini
informasi merupakan “komoditas primer” yang dibutuhkan orang, seiring
dengan semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
lazim dikatakan peradaban pada masa ini merupakan peradaban masyarakat
informasi. Menurut Ziauddin Sardar, informasi bukan hanya kebutuhan,
melainkan juga dapat menjadi sumber kekuatan. Teknologi informasi dapat
menjadi alat terpenting untuk manipulasi dan alat kendali. Ternyata
memang, telah menjadi pendapat umum siapa yang menguasai informasi
dialah penguasa masa depan. Bahwa kekuatan baru masyarakat bukanlah
uang di tangan segelintir orang melainkan informasi ditangan banyak
orang (The newsource of power is not money in the hand of a few, but
information in the hand of many).
Wujud dari teknologi informasi yang banyak digunakan oleh manusia
saat ini diantaranya adalah komputer dan perangkat lainnya seperti
internet, jaringan, wireless, hardware dan software. Secara umum
komputer dan internet berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dan
alat pengolahan informasi. Sebagai alat komunikasi internet menjadikan
dunia tiada batas (borderless) manusia di belahan dunia manapun dapat
berkomunikasi dengan mudah dan cepat, misalnya dengan chating dan mail.
Bahkan komunikasi langsung tatap muka dengan dunia yang berbedapun
sekarang bukan sesuatu yang aneh, misalnya dengan menggunakan
videoconference. Dengan teknologi computer, informasi menjadi
sedemikian mudah untuk diperoleh, enak untuk digunakan, mudah diproses
dan lebih efisien. Mengolah dokumen yang banyak menjadi mudah dengan
proses scaning, word processing hinggan pencetakan (printing). Dan
sangat membantu pula dalam dunia pendidikan.
Meskipun beberapa pihak yang terkait sudah cukup memahami betapa
pentingnya ICT atau TIK untuk pendidikan, akan tetapi di beberapa
daerah terpencil, fasilitas untuk pemanfaatan ICT sebagai penunjang
proses pembelajaran masih minim bahkan dapat dikatakan tidak memadai.
Hal ini ironis sekali, saat pendidikan Indonesia dituntut untuk dapat
mengikuti perkembangan pemanfaatan ICT di dunia. Akan tetapi hardware
yang merupakan modal utama dalam pemanfaatan ICT tidak memadai dan
belum sesuai dengan kebutuhan baik dalam jumlah maupun dalam
spesifikasi komputernya.
Karena fasilitas ICT yang timpang antara pusat dan daerah
mengakibatkan ketimpangan dalam penguasaan ICT untuk pendidikan. Ketika
di kota besar TIK telah dapat menjadikan ICT sebagai media pembelajaran
sedangkan di daerah pedesaan meskipun sudah menyadari pentingnya ICT
untuk pendidikan akan tetapi karena fasilitas ICT yang timpang itu
mengakibatkan seperti macan kehilangan giginya, daerah tidak dapat
berbuat banyak untuk mengembangkan iCT tanpa adanya infrastruktur yang
memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, diharapkan antara pemerintah daerah,
pemerintah pusat serta LSM dalam negeri atau luar negeri yang terkait
dapat bekerja sama untuk menuntaskan buta ICT di daerah-daerah
terpencil.
PENUTUP
A.Kesimpulan.
1.Definisi yang menyangkut E. Learning sangat banyak dikemukakan oleh ahli multi media, namun yang lebih tepat adlah definisi yang dikemukakan oleh William Horton yang menyatakan bahwa E. Learning adalah pembelajaran berbasis Web yang bisa diakses melalui internet
2. Perlu diingat bahwa E. Learning hanyalah berupa media untuk mengatasi berbagai keterbatasan sumber artinya bahwa keberadaan E. Learning bukan serta merta masalah belajar dan pencapaian tujuan belajar akan meningkat
B.Implikasi
Yang terpenting dalam penyiapan program E. Learning bahwa pengembang desain mesti benar-benar memahami karakter perkembangan peserta didik , Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran . tanpa ini maka inovasi pembelajaran E. Learning tidak lebih hanya bersifat busines on line.
C.Saran.
1. Karena pola pikir siswa ( kita ) dewasa ini masih dominan bersifat mengejar prestise , maka disarankan evaluasi terhadap setiap topik pembelajaran dilaksanakan melalui tatap muka
2. Elaborasi materi untuk setiap kegiatan pembelajaran dan kesulitan belajar siswa memerlukan waktu tatap muka sehingga instruktur perlu merencanakan alokasi waktu yang efisien dan ini merupakan kelemahan utama E. Learning
3.Hendaknya pemerataan perangkat ICT didaerah-daerah supaya lebih dilengkapi lagi sehingga sekolah didaerah dapat mengikuti kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Daftar Pustaka.
E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
http://www.google.com/search?num=30&hl=en&lr=&ie=UTF-8&oe=UTF-8&q=define%3A%20e-learning,diakses tgl 18 April 2010
http://muhammadadri.wordpress.com, Pemanfaatan Teknologi Informasi
dalam Pengembangan MediaPembelajaran,diakses tgl 18 April 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/ E-learning,diakses tgl 25 Maret 2010.
Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Goverment. Yokyakarta : Penerbit Andi.
Mico Pardosi. 2001. Sistem Operasi Windows dan Internet Secara Cepat dan Mudah. Surabaya: Penerbit Indah.
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Globalisasi adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama sepuluh tahun terakhir ini dengan pemahaman makna yang beragam. Namun apa yang dipahami dengan istilah globalisasi akhirnya membawa kesadaran bagi manusia bahwa semua penghuni planet ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada rentang jarak yang secara fisik membentang, dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusaia dimuka bumi ini terhubung satu sama lain dalam jaring – jaring kepentingan yang amat luas. Salah satu isu yang paling tren dalam istilah globalisasi adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sedemikian pesat membuat dunia seakan semakin kecil dan ruang seakan menjadi tak berjarak lagi. Cara pandang terhadap dunia pun sudah berubah. Teknologi informasi dalam perubahan cara pandang itu telah menjadi ujung tombak berbagai perubahan lainyang dirasakan manusia dimuka bumi ini. Namun, perubahan macam apa yang diciptakan dan kearah mana perubahan itu berjalan? Siapa yang diuntungkan dan siapa pula yang dirugikan?
Dulu mungkin kita berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh. Di Indonesia dengan Universitas Terbuka dengan mahasiswanya dari seluruh pelosok Indonesia.Walaupun dengan mekanisme yang boleh dibilang cukup ‘sederhana’ untuk ukuran sekarang. Namun saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang-orang untuk mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis.
Kita akui, sejak ditemukannya teknologi Internet, hampir ‘segalanya’ menjadi mungkin. Kini kita dapat belajar tak hanya kapan saja, tetapi sekaligus dimana saja dengan fasilitas sistem e-Learning yang ada.
Beberapa istilah yang seringkali dikaitkan dengan e-Learning adalah Distance Learning dan Distance Education. Tak jarang terjadi tumpang tindih dalam penggunaan istilah tersebut. Istilah Distance Learning dan Distance Education sebenarnya lebih menekankan pada adanya perbedaan jarak antara pengajar dan pemelajar. Distance Learning merupakan metode penyampaian instruksional yang tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar (Ornager, UNESCO, 2003). Distance Education, yaitu model atau program pemelajaran dimana siswa berada di rumah atau kantor dan berkomunikasi dengan pengajar maupun dengan sesama siswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, video-conference, serta bentuk komunikasi lain yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
E-Learning adalah istilah yang paling umum digunakan, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan TIK (Martin Jenkins & Janet Hanson, Generic Center, 2003). Istilah e-Learning tidak hanya hanya dapat digunakan untuk pemelajaran yang menggunakan variabel jarak atau perbedaan geografis antara siswa dan pengajar, namun dapat pula digunakan untuk menyebut proses pemelajaran yang menggunakan setiap bentuk media elektronik.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Elearning
Salah satu kosa kata yang populer dan muncul bersamaan dengan hadirnya TIK dalam dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik learning. Secara generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga elearning sering diartikan sebagai proses
belajar yang menggunakan komputer atau internet.
Sesungguhnya pengertian elearning sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan masih dipersepsikan secara berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis kontinum dari mulai menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan pembelajaran berbasis web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk memutar sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut batasan UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM guru dan tenaga penunjang yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses internet, adanya dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah tersedia, maka program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.
Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan:
e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:
e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
Definisi lain e-Learning dengan berbagai sudut pandang dapat dipelajari secara lengkap dari:
http://www.google.com/search?num=30&hl=en&lr=&ie=UTF-8&oe=UTF-8&q=define%3A%20e-learning
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning.
Mana Yang Benar “elearning” atau “e-learning” ?
Sebenarnya kita tidak perlu mendikotomikan perbedaan penggunaan kata-kata diatas. Bagaimanapunjuga, apabila ingin mencoba menganalisa, fenomenanya sedikit mirip dengan kata“email” dan“e-mail”. Sampai tahun 1998 hampir semua orang menggunakan istilah “e-learning” (dengan tanda hubung). Cisco menggunakan istilah “e-learning” dan SmartForce menggunakan terminologi“e-Learning Company”.
Setelah mulai matang dan banyak dikenal, tanda hubung mulai tidak digunakan. Sehinggadigunakanlah istilah “elearning” atau “eLearning” (tanpa tanda hubung). Microsoft menggunakanistilah “eLearn” demikian juga dengan beberapa vendor lain.
Saat ini pemakaian kata “e-learning” (dengan tanda hubung) masih lebih banyak daripada elearning(tanpa tanda hubung). Mesin pencari google.com membuktikan fakta ini seperti di bawah:
• 4.150.000 hasil untuk pencarian dengan kata “elearning” (tanpa tanda hubung)
• 6.340.000 hasil untuk pencarian dengan kata “e-learning” (dengan tanda hubung)
Setelah itu beberapa variasi kata berkembang dengan penggunaan huruf kapital atau huruf kecil untuk “L”.Hakektnya tidak ada yang salah atau yang benar, karena kedua kata tersebut dapat digunakan sebagai terminologi yang benar. Pada makalah ini akan digunakan kata e-Learning untuk penyeragaman.
Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet).
Pembelajaran jarak jauh. E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa saja berada di Jakarta, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di kota lain bahkan di negara lain. Namun, interaksi masih bisa dijalankan secara langsung ataupun dengan jeda waktu beberapa saat. Jadi, pembelajar bisa belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah yang terkoneksi dengan Internet, sedangkan materi belajar dikelola oleh sebuah perusahaan di Amerika Serikat, di Jepang ataupun di Inggris. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari, ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan Internet (world wide web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan). Jika Anda memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah bisa berpartisipasi dalam e-learning. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Dalam e-learning, modul-modul yang sama (informasi, penampilan, dan kualitas pembelajaran) bisa diakses dalam bentuk yang sama oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di kelas, karena alasan kesehatan atau masalah pribadi, satu instruktur pun bisa memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berbeda.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Pembelajaran yang di tunjang oleh para ahli di bidang masing-masing. Walaupun sepertinya e-learning diberikan melalui komputer (yang adalah benda mati), e-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola dan “dihidupkan” oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu: Subject Matter Expert (SME), Instructional Designer (ID), Graphic Designer (GD) dan para ahli di bidang Learning Management System (LMS). SME merupakan nara sumber dari pelatihan yang disampaikan. ID bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari. GD mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari. Para ahli di bidang LMS mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. Jadi, e-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
B. Manfaat E-learning .
Semakin banyak perusahaan dan individu yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena mereka melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web ini. Dari berbagai komentar yang dilontarkan, ada tiga persamaan dalam hal manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning.
1.Fleksibilitas.
Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan, Anda bisa memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.
2.Independent Learning.
E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
3.Biaya.
Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dalam hal biaya finansial William Horton (Designing Web-Based Training, 2000) mengutip komentar beberapa perusahaan yang telah menikmati manfaat pengurangan biaya, antara lain: Buckman Laboratories berhasil mengurangi biaya pelatihan karyawan dari USD 2.4 juta menjadi USD 400,000; Aetna berhasil menghemat USD 3 juta untuk melatih 3000 karyawan; Hewlett-Packard bisa memotong biaya pelatihan bagi 700 insinyur mereka untuk produk-produk chip yang selalu diperbaharui, dari USD 7 juta menjadi USD 1.5 juta; Cisco mengurangi biaya pelatihan per karyawan dari USD 1200 - 1800 menjadi hanya USD 120 per orang. Biaya non-finansial yang bisa dihemat juga banyak, antara lain: produktivitas bisa dipertahankan bahkan diperbaiki karena pembelajar tidak harus meninggalkan pekerjaan yang sedang pada posisi sibuk untuk mengikuti pelatihan (jadwal pelatihan bisa diatur dan disebar dalam satu minggu ataupun satu bulan), daya saing juga bisa ditingkatkan karena karyawan bisa senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaannya, sementara bisa tetap melakukan pekerjaan rutinnya.
C.Menyiapkan program e-learning
Pengalaman menunjukan dalam menyiapkan program e-learning tidaklah sesulit dalam bayangan kita, asalkan kita memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk menuju ke arah itu. Tanpa komitmen dan dukungan secara teknis maka program e-learning di sekolah tidak mungkin akan terealiasi. Ada tip tentang kunci sukses terealisasinya program e-learning, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Bates, 2005) dalam journal of e-learning volume 5 tahun 2005, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan mempertimbangkan efektifitas dalam pembiayaan, integritas sistem teknologi serta kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah barang tentu didukung kemampuan mencari bahan pembelajaran melalui internet serta mempersiapkan budaya belajar bagi siswa
.
Ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni pertama menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah. Ke empat menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-masak dalam konteks investasi jangkapanjang.
D.Kekuatan ICT Dalam Pendidikan.
Information and Communication Technology (ICT) atau lebih dikenal
dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah suatu
alat untuk mengelola data yang mempermudah dan mempercepat kita dalam
mendapatkan informasi dan berkomunikasi. Karena tidak dapat dipungkiri
bahwa kita sedang sudah memasuki masa dimana teknologi informasi
menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dewasa ini
informasi merupakan “komoditas primer” yang dibutuhkan orang, seiring
dengan semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
lazim dikatakan peradaban pada masa ini merupakan peradaban masyarakat
informasi. Menurut Ziauddin Sardar, informasi bukan hanya kebutuhan,
melainkan juga dapat menjadi sumber kekuatan. Teknologi informasi dapat
menjadi alat terpenting untuk manipulasi dan alat kendali. Ternyata
memang, telah menjadi pendapat umum siapa yang menguasai informasi
dialah penguasa masa depan. Bahwa kekuatan baru masyarakat bukanlah
uang di tangan segelintir orang melainkan informasi ditangan banyak
orang (The newsource of power is not money in the hand of a few, but
information in the hand of many).
Wujud dari teknologi informasi yang banyak digunakan oleh manusia
saat ini diantaranya adalah komputer dan perangkat lainnya seperti
internet, jaringan, wireless, hardware dan software. Secara umum
komputer dan internet berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dan
alat pengolahan informasi. Sebagai alat komunikasi internet menjadikan
dunia tiada batas (borderless) manusia di belahan dunia manapun dapat
berkomunikasi dengan mudah dan cepat, misalnya dengan chating dan mail.
Bahkan komunikasi langsung tatap muka dengan dunia yang berbedapun
sekarang bukan sesuatu yang aneh, misalnya dengan menggunakan
videoconference. Dengan teknologi computer, informasi menjadi
sedemikian mudah untuk diperoleh, enak untuk digunakan, mudah diproses
dan lebih efisien. Mengolah dokumen yang banyak menjadi mudah dengan
proses scaning, word processing hinggan pencetakan (printing). Dan
sangat membantu pula dalam dunia pendidikan.
Meskipun beberapa pihak yang terkait sudah cukup memahami betapa
pentingnya ICT atau TIK untuk pendidikan, akan tetapi di beberapa
daerah terpencil, fasilitas untuk pemanfaatan ICT sebagai penunjang
proses pembelajaran masih minim bahkan dapat dikatakan tidak memadai.
Hal ini ironis sekali, saat pendidikan Indonesia dituntut untuk dapat
mengikuti perkembangan pemanfaatan ICT di dunia. Akan tetapi hardware
yang merupakan modal utama dalam pemanfaatan ICT tidak memadai dan
belum sesuai dengan kebutuhan baik dalam jumlah maupun dalam
spesifikasi komputernya.
Karena fasilitas ICT yang timpang antara pusat dan daerah
mengakibatkan ketimpangan dalam penguasaan ICT untuk pendidikan. Ketika
di kota besar TIK telah dapat menjadikan ICT sebagai media pembelajaran
sedangkan di daerah pedesaan meskipun sudah menyadari pentingnya ICT
untuk pendidikan akan tetapi karena fasilitas ICT yang timpang itu
mengakibatkan seperti macan kehilangan giginya, daerah tidak dapat
berbuat banyak untuk mengembangkan iCT tanpa adanya infrastruktur yang
memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, diharapkan antara pemerintah daerah,
pemerintah pusat serta LSM dalam negeri atau luar negeri yang terkait
dapat bekerja sama untuk menuntaskan buta ICT di daerah-daerah
terpencil.
PENUTUP
A.Kesimpulan.
1.Definisi yang menyangkut E. Learning sangat banyak dikemukakan oleh ahli multi media, namun yang lebih tepat adlah definisi yang dikemukakan oleh William Horton yang menyatakan bahwa E. Learning adalah pembelajaran berbasis Web yang bisa diakses melalui internet
2. Perlu diingat bahwa E. Learning hanyalah berupa media untuk mengatasi berbagai keterbatasan sumber artinya bahwa keberadaan E. Learning bukan serta merta masalah belajar dan pencapaian tujuan belajar akan meningkat
B.Implikasi
Yang terpenting dalam penyiapan program E. Learning bahwa pengembang desain mesti benar-benar memahami karakter perkembangan peserta didik , Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran . tanpa ini maka inovasi pembelajaran E. Learning tidak lebih hanya bersifat busines on line.
C.Saran.
1. Karena pola pikir siswa ( kita ) dewasa ini masih dominan bersifat mengejar prestise , maka disarankan evaluasi terhadap setiap topik pembelajaran dilaksanakan melalui tatap muka
2. Elaborasi materi untuk setiap kegiatan pembelajaran dan kesulitan belajar siswa memerlukan waktu tatap muka sehingga instruktur perlu merencanakan alokasi waktu yang efisien dan ini merupakan kelemahan utama E. Learning
3.Hendaknya pemerataan perangkat ICT didaerah-daerah supaya lebih dilengkapi lagi sehingga sekolah didaerah dapat mengikuti kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Daftar Pustaka.
E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
http://www.google.com/search?num=30&hl=en&lr=&ie=UTF-8&oe=UTF-8&q=define%3A%20e-learning,diakses tgl 18 April 2010
http://muhammadadri.wordpress.com, Pemanfaatan Teknologi Informasi
dalam Pengembangan MediaPembelajaran,diakses tgl 18 April 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/ E-learning,diakses tgl 25 Maret 2010.
Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Goverment. Yokyakarta : Penerbit Andi.
Mico Pardosi. 2001. Sistem Operasi Windows dan Internet Secara Cepat dan Mudah. Surabaya: Penerbit Indah.
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Komentar